PEKANBARU -- Dalam upaya penurunan angka pravelensi stunting hingga 14% pada tahun 2024, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) terus giat menjalankan berbagai program yang mendukung dalam penurunan angka tersebut.
Berbicara soal stunting tidak lepas dari empat indikator, yang dirangkum dalam 4T. Terlalu Muda, Terlalu Tua, Terlalu Dekat, dan Terlalu Banyak. Terlalu muda dan terlalu tua dapat beresiko menyebabkan kematian pada ibu dan bayinya.
Sementara terlalu banyak anak dapat menghambat proses persalinan, seperti gangguan kontraksi, kelainan letak dan posisi janin serta pendarahan pasca persalinan.
Terlalu Dekat adalah jarak antara kehamilan pertama dengan berikutnya yang berakibat menghambat proses persalinan seperti gangguan kekuatan kontraksi, kelainan letak, dan posisi janin
Hal ini disampaikan oleh Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Riau, Dra. Magdalena Wati Yulia M.Si, saat membuka acara peluncuran PIL KB Ibu Menyusui Dalam Mendukung ASI Eksklusif Guna Mencegah Stunting. Acara tersebut juga diisi dengan kegiatan pelayanan alat kontrasepsi khusus bagi ibu pasca melahirkan, di puskesmas Rejosari, Tenayan Raya, Pekanbaru. Pada rabu(19/1) .
“Peluncuran program PIL KB Bagi ibu menyusui (busui) ini merupakan program nasional dalam upaya pencegahan stunting. Karena berbicara soal stunting tidak lepas dari empat indikator 4T. Terlalu Tua, terlalu muda, terlalu dekat, dan terlalu banyak. Nah untuk mengatasi ini kita harus cepat tanggap mengantisipasi kehamilan pasca ibu melahirkan. Untuk itu kehadiran PIL KB Khusus Ibu Menyusui ini dirasa sangat tepat,” terang Magdalena.
Selain itu Magdalena juga menuturkan bahwa PIL KB Khusus Busui ini merupakan jawaban atas kekhawatiran ibu menyusui ketika memakai alat kontrasepsi PIL KB biasa. Perlu diketahui bahwa PIL KB Khusus Busui ini telah melalui uji klinis dan terbukti tidak akan mempengarushi kondisi ASI. PIL KB Khusus Busui saat ini sudah bisa didapatkan di fasilitas kesehatan terdekat.
“Kalau selama ini kan kita sama-sama tahu, banyak ibu menyusui yang enggan memakai alat kontrasepsi berupa PIL KB. Karena mereka khawatir akan mengganggu keberadaan ASI. Sementara ibu menyusui harus menggunakan kontrasepsi guna menghindari kehamilan. Karena jika tidak ini akan mempengaruhi angka stunting yang itu tadi, ka nada empat indikator, termasuk jarak kelahiran,” sambung Magdalena.
Pil KB Khusus Busui mengandung hormon progestin sebagai salah satu pilihan kontrasepsi bagi ibu yang masih memberikan ASI eksklusif. Jenis KB ini memiliki efektivitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan.
Meski demikian, dalam pemakaiannya perlu diingat bahwa Busui diharuskan untuk mengonsumsi pil KB tersebut pada jam yang sama setiap harinya. Apabila melewati jadwal konsumsi, maka Busui sebaiknya menghindari berhubungan intim setidaknya selama 2 hari.
Dengan kehadiran PIL KB Khusus Busui diharapkan mampu menekan angka stunting khususnya di Provinsi Riau. Berdasarkan data SSGI Kementrian Kesehatan RI Tahun 2021, pravelensi kasus stunting di provinsi Riau sebesar 22.3%. (AD)
Komentar Anda :