Cegah Stunting, BKKBN Riau Gelar Pertemuan Pengelola Pro-PN Pengasuhan 1000 HPK
Jumat, 26-02-2021 - 13:15:00 WIB
PEKANBARU -- Dalam rangka untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman para pengelola program Pembangunan Keluarga, kependudukan dan keluarga berencana (Bangga Kencana) terkait Pengasuhan 1000 HPK untuk pencegahan stunting, Perwakian Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Riau, menggelar kegiatan Pertemuan Peningkatan Kapasitas Pengelola Pro-PN (Proyek Prioritas Nasional) Pengasuhan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) tingkat Provinsi Riau,di Pekanbaru, Jum’at (26/2).
Kegiatan Proyek Prioritas Nasional (Pro – PN) 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dalam pencegahan dan penanggulangan stunting masuk dalam kegiatan utama pemerintah. Ada 10 Kementrian Lembaga yang mengurusi permasalahan stunting ini dan BKKBN masuk kedalam bagian untuk pencegahan stunting tersebut.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Riau, Dra. Mardalena Wati Yulia M. Si, saat menghadiri acara tersebut.
”Sekarang ini salah satu prioritas pemerintah adalah pencegahan dan penurunan angka stunting, dalam hal ini di 1000 hari pertama kehidupan. Agar program ini tepat sasaran hingga ke bagian terkecil, maka perlu kita berikan pembekalan kepada pihak pengelola melalui kegiatan seperti ini,” terang Lena.
Lebih lanjut dijelaskan Lena, pihak pengelolal dalam hal ini adalah semua mitra kerja terkait di tingkat provinsi, kemudian di tingkat kabupaten ada pengelola bidang keluarga sejahtera dan tim penggerak PKK yang ada . Nantinya BKKBN akan bergerak bersama-sama dalam mencegah dan menurunkan angka stunting di Provinsi Riau.
Mardalena menjelaskan untuk tahun 2009 dari data Rikesda menyatakan angka stunting di provinsi riau berada di angka 24.2 % masih tergolong tinggi. Indonesia secara umum pun upaya pencegahan dan penurunan angka stunting ini tergolong berat. Sesuai arahan Presiden RI, proyeksi tahun 2024 angka stunting di Indonesia harus berada di angka 14%.
“Sesuai arahan presiden kita tahun 2024 angka stunting harus berada di angka 14%, ini adalah tugas yang cukup berat. Kita harus menurunkan angka yang ada saat ini. Pekerjaan yang menjadi proyek Nasional ini tentunya harus dilakukan secara bersama-sama, Tidak bisa dilakukan oleh satu dinas saja. Karena kita tahu pencegahan stunting ini melalui gizi specific dan gizi sensitive yang harus dilakukan oleh lintas sektor termasuk BKKBN,” sambung Lena.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak lebih pendek untuk usianya yang terjadi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).Dampak jangka pendek dari Stunting sendiri adalah pengaruh buruk bagi perkembangan otak, serta pertumbuhan massa tubuh dan komposisi badan anak, yang berimbas pada kekebalan kapasitas keja dalam jangka panjang.
Selalu disampaikan bahwa faktor penyebab stunting adalah faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun balita saja, tetapi juga praktek atau pola pengasuhan yang kurang baik. (AD)
Komentar Anda :