JAKARTA -- Aksi kemanusiaan relawan Covid-19 dilakukan dengan cara berbeda dari aksi penanganan bencana biasanya. Protokol kesehatan memaksa para relawan bekerja dengan tak menimbulkan keramaian di satu tempat dan seringkali bertindak kreatif, terkadang ugal-ugalan.
Ketua Tim Koordinator Relawan Covid-19 Andre Rahadian mengungkap tantangan pertama dari para relawan Covid-19 adalah menghadapi bencana kasatmata yang penularannya melalui interaksi manusia.
Mereka pun menjalankan aksi kemanusiaan tanpa berkumpul yang berpotensi menimbulkan kerumunan dan justru dapat menyebarkan penularan wabah corona.
"Mereka ini terbiasa menghadapi bencana alam dengan mendirikan posko, pengumpulan logistik, dan berkumpul. Tapi kali ini, untuk pandemi Covid-19, enggak bisa seperti itu," ujar Andre dalam talkshow 'Pemuda-Pemudi Bergerak Melawan Covid-19' di Media Center #SatgasCovid19 Graha BNPB Jakarta pada Rabu (28/10) siang.
Kerja relawan Covid-19 yang terbentuk sejak awal bulan Maret 2020 disebut berbeda dengan relawan pada umumnya. Hal ini menjadi tantangan tersendiri, terutama dalam memadukan strategi saat aksi di lapangan.
"Kami melakukan pelatihan secara daring dan melakukan koordinasi sebelum bergerak tanpa berkumpul. Dan ini edukasi dari perubahan perilaku di masa pandemi Covid-29," jelas Andre.
Andre yang juga Ketua Umum Ikatan Alumni Universitas Indonesia (Iluni UI), menceritakan sejarah terbentuknya relawan yang dimulai dari para alumni.
Hingga saat ini, kelompok terus berkembang hingga menjalin kerja sama dengan organisasi kelompok pemuda dan organisasi masyarakat lain yang tersebar di seluruh Indonesia, hingga jumlahnya mencapai 32 ribu orang.
Tak hanya itu, relawan Covid-19 Tirta Hudhi dalam kesempatan berbeda mengungkap bahwa aksi nekat kadang ia lakukan dalam sosialisasi.
Menurutnya, sebagian masyarakat masih tidak memahami cara penularan Covid-19. Terkadang mereka masih menganggap enteng protokol kesehatan.
Protokol itu di antaranya #ingatpesanibu untuk #pakaimasker, #cucitangan, #jagajarak hindari kerumunan.
Warga seringkali meminta Tirta melepas masker sebagai syarat agar mereka mau memakai masker. Syarat ini dianggap bagian dari bentuk keakraban. Setelah itu mereka juga tak segan mengajak tos tangan.
Hal ini berisiko penularan, tetapi Tirta memilih menuruti permintaan itu agar mereka mau patuh protokol kesehatan. Tetapi pasca melakukan sentuhan, Tirta selalu cuci tangan pakai sabun. Berkali-kali menjalani tes swab, dirinya masih negatif dari corona.
Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Letjen TNI Doni Monardo menyampaikan rasa bangga dan mengapresiasi para relawan Covid-19 yang turut berjuang dalam memutus mata rantai pandemi ini.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) ini berharap semoga apa yang telah dikerjakan membuat bangsa Indonesia kian kokoh, kuat, dan tangguh.
"Karena bangsa kita adalah bangsa yang mampu membuktikan dan menunjukkan bisa menangani masalah pandemi Covid-19 dengan baik sehingga terbebas dari masalah krisis ekonomi dan mengurangi risiko," ujar Doni Monardo dalam sambutan via rekaman video. (CNI)
Komentar Anda :