JAKARTA -- Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo menyebut banyak laboratorium yang mengelar tes spesimen virus corona (Covid-19) justru menjadi lokasi penularan.
Doni menyampaikan hal itu yang menjadi pertimbangan pemerintah untuk memberi waktu istirahat yang lebih untuk petugas. Aktivitas di laboratorium, kata dia, dikurangi saat akhir pekan.
"Kita memberikan kesempatan pada petugas laboratorium untuk istirahat. Kalau tidak, kasihan mereka. Tidak sedikit laboratorium itu yang jadi episentrum," kata Doni dalam rapat kerja bersama Komisi VIII DPR RI di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (13/7).
Ia tak menjelaskan mengenai laboratorium-laborotarium yang menjadi episentrum tersebut. Namun, sambungnya, keputusan memberi waktu laboratorium beristirahat itu memang punya konsekuensi, terutama terkait kinerja pengujian spesimen.
Pada hari kerja, ungkap Doni, seluruh laboratorium di Indonesia bisa memeriksa di kisaran 22 ribu spesimen per hari. Namun pada akhir pekan, jumlah spesimen yang diuji bisa jauh di bawah itu.
Kondisi Jumlah Laboratorium Pemeriksa Covid-19
Doni mengatakan saat pandemi corona melanda, Indonesia hanya punya satu laboratorium. Kemudian jumlahnya bertambah menjadi 47 laboratorium pada April lalu.
"Sekarang jumlah lab kita sudah mencapai 246 dan ini tidak mungkin bisa memenuhi kebutuhan yang ada di daerah karena masih sangat kurang," kata Doni.
Doni menyampaikan kemampuan pengujian dari seluruh laboratorium yang ada sekitar 23 ribu spesimen per hari. Padahal target pemerintah Indonesia menargetkan 30 ribu spesimen setiap hari.
Mantan Pangdam Siliwangi itu menyampaikan pemerintah berencana menambah 30 laboratorium lagi. Jumlah itu akan disebar merata ke berbagai provinsi.
"Ini akan terus kita optimalkan, hingga capai 30.000 atau bahkan lebih pengujian spesimen per hari. Tes yang masih ini akan berdampak pada peningkatan temuan kasus positif," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Doni juga mengakui jumlah tes spesimen Indonesia juga masih terlampau rendah jika dibandingkan total populasi. Dia mengatakan pemerintah akan berupaya meningkatkan kemampuan tes untuk mendapat peta persebaran virus yang lebih jelas.
"Sehingga kita dapat mengejar ODP dan PDP untuk dites secara PCR," ucap dia. "Kebijakan tes masif ini akan kita imbangi dengan penjagaan agar klaster baru yang signifikan seperti kasus di Jabar."
Pemerintah sedang mencari cara untuk bisa meningkatkan kapasitas pengujian dengan tetap menjaga waktu istirahat tenaga kesehatan. Salah satunya dengan menambah jumlah tenaga kesehatan.
"Bapak Presiden menugaskan BNPB, Gugus Tugas, Kementerian Kesehatan, dan Menristek Bapak Bambang Brojonegoro untuk melatih petugas-petugas lab baru agar mereka bisa ditugaskan," ujar pria yang juga Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tersebut.
Tapi, sambung dia, tenaga kesehatan yang baru belum bisa langsung membantu pemeriksaan di laboratorium. Sebab, petugas-petugas baru harus menunggu sertifikasi sebelum memulai kerja di laboratorium.
Sejak kasus pertama Covid-19 di Indonesia diungkap pada 2 Maret lalu, hingga saat ini ada 76.981 positif corona di negeri ini. Sementara jumlah pengujian yang dilakukan Indonesia saat ini baru 1.074.467 spesimen.(CNI)
Komentar Anda :