JAKARTA -- Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKP) Hanik Humaida mengatakan, Gunung Merapi mengalami peningkatan kegempaan sebelum erupsi dengan letusan eksplosif. Peningkatan kegempaan ini sudah terjadi sejak beberapa minggu lalu.
"Sebelum letusan eksplosif ini telah terjadi peningkatan kegempaan sejak 8 Juni 2020 yang didominasi peningkatan jumlah gempa vulkano-tektonik (VTA) dalam," kata Hanik dalam keterangan tertulis yang diterima CNNIndonesia.com, Minggu (21/6).
Dia menjelaskan, pada Sabtu (20/6) kemarin, jumlah gempa VTA mencapai 18 kali. Sehingga, dalam periode 8-20 Juni telah terjadi gempa VTA sebanyak 80 kali.
"Peningkatan gempa VTA sebelumnya terjadi pada Oktober 2019-Januari 2020 dengan energi yang lebih besar namun tidak diiringi dengan letusan," jelasnya.
Seperti diketahui, Gunung Merapi mengalami erupsi berupa letusan eksplosif, pada Minggu (21/6) pukul 09.13 WIB dan pukul 09.27 WIB. Kedua erupsi tercatat di seismogram dengan amplitudo 75 mm dan durasi 328 detik dan 100 detik.
Dari CCTV Stasiun Merbabu, teramati tinggi kolom erupsi mencapai kurang lebih 6.000 meter dari puncak. Arah angin saat erupsi ke barat menyebabkan hujan abu di wilayah Kabupaten Magelang dan Kulonprogo.
Kemudian, hujan abu tipis terjauh dilaporkan terjadi di wilayah Kecamatan Girimulyo, Kulon Progo yang berjarak sekitar 45 kilometer dari puncak Gunung Merapi pada pukul 12.00 WIB.
Menurut Hanik, kejadian letusan semacam ini masih dapat terus terjadi. Bersama dengan munculnya gempa VTA sejak Oktober 2019, letusan-letusan eksplosif ini sebagai indikasi bahwa suplai magma dari dapur magma masih berlangsung.
"Ancaman bahaya sampai dengan saat ini masih sama yaitu berupa awan panas dan lontaran material vulkanik dengan jangkauan kurang dari 3 kilometer berdasarkan volume kubah yang sebesar 200.000 meter persegi berdasarkan data drone 13 Juni 2020," kata Hanik.
Lebih jauh Hanik menjelaskan, letusan eksplosif sudah sering terjadi di Gunung Merapi. Pada 2019 sampai saat ini tercatat telah terjadi 15 kali letusan eksplosif.
Berdasarkan catatan kejadian-kejadian letusan Merapi hingga saat ini, diketahui letusan eksplosif dapat terjadi secara tiba-tiba atau dapat didahului oleh peningkatan aktivitas vulkanik.
Dalam hal terjadi peningkatan aktivitas vulkanik sebelum letusan, bentuknya beragam dan tidak konsisten sehingga tak dapat dijadikan indikator akan terjadinya letusan eksplosif.
"Namun demikian dipahami bahwa terjadinya peningkatan aktivitas vulkanik meningkatkan peluang terjadinya letusan eksplosif. Informasi ini biasanya disampaikan kepada stakeholder untuk kewaspadaan," ujarnya. (CNI)
Komentar Anda :