PDIP Dongkol Kasus Jiwasraya Dikaitkan dengan Pilpres 2019
Minggu, 29-12-2019 - 19:04:49 WIB
Politikus PDIP Deddy Sitorus menyebut keuangan Jiwasraya sudah defisit sejak 2006, sehingga tidak tepat jika dikaitkan dengan Pilpres 2019.
TERKAIT:
   
 

JAKARTA -- Anggota DPR Komisi VI fraksi PDIP Deddy Sitorus mengaku kesal kasus Jiwasraya dipolitisasi dan dikaitkan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 lalu. Dia mengatakan tuduhan yang beredar tersebut tidak berdasar dan ngawur.

Deddy merespons spekulasi dugaan keterkaitan pilpres dengan kasus Jiwasraya sebab Harry Prasetyo selaku mantan Direktur Keuangan Jiwasraya pernah masuk lingkaran istana sebagai staf Kepresidenan.

Deddy meminta tudingan tersebut dipertanggungjawabkan dan membuka data atas tuduhan tersebut. Menurutnya, jika memang ada data yang sah, maka pihak yang dituduh harus siap diproses secara hukum.

"Itu kesimpulan yang kekanak-kanakan, tidak ngerti, ngomong langsung lompat ke konklusi. Itu misleading dan harus dipertanggungjawabkan," kata Deddy di Jakarta, Minggu (29/12).

Deddy mengatakan kasus Jiwasraya bukan permasalahan baru meski boroknya baru terurai akhir-akhir ini. Politikus DPR tersebut mengatakan bahwa sejak 2006 Jiwasraya sudah mengalami defisit sebesar Rp 3,2 triliun.

Menurutnya kasus Jiwasraya berlarut disebabkan oleh ketidakjelian banyak pihak. Bencana Jiwasraya sejatinya sudah dimulai sejak 1998 dengan langkah korporasi yang salah.

"Dari informasi yang saya dengar mereka (Jiwasraya) mencairkan deposito valas (valuta asing) ke Rupiah padahal kurs terjun bebas, remuk dia di situ," ujarnya.

Deddy meminta agar fokus publik dapat diarahkan secara objektif kepada lembaga pemerintahan seperti Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta Akuntan Publik. Dirinya mengaku heran manipulasi yang selama ini dilakukan tidak terdeteksi berbagai lembaga tersebut.

"Kita baru alarm saat mengalami defisit, likuiditas 3,6 triliun. Baru muncul ke publik Desember 2006, itu kemudian mereka mengalami masalah lagi tahun 2008 jadi ini persoalan panjang sekali," jelasnya.

Sejak saat itu, kata Deddy, Jiwasraya telah melakukan manipulasi laporan keuangan atau window dressing. Hal ini dilakukan agar status Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dapat diterbitkan oleh Akuntan Publik. Borok baru diketahui sejak direksi Jiwasraya meminta Pricewaterhouse Coopers (PWC) melakukan audit tahun ini.

Pansus Jiwasraya

Anggota DPR Komisi XI Didi Irawadi menyatakan parlemen saat ini tengah berembuk untuk membentuk Panitia Khusus (Pansus) Jiwasraya. Pembahasan akan dilakukan setelah reses pada 6 Januari mendatang.

Pansus ini dibentuk sebagai proses pertanggungjawaban politik pemerintah kepada rakyatnya. Pasalnya kasus Jiwasraya ini menelan uang rakyat sebesar Rp 13,7 triliun.

Menurut Didi hadirnya Pansus ialah untuk mengawal penegakan hukum kasus tersebut. Dia menginginkan kasus Jiwasraya dibongkar di hadapan seluruh pihak untuk menghindari spekulasi.

"Kita mendukung Pansus karena kita ingin buka-bukaan. Kasihan juga kalau pemerintah sekarang dikaitkan dengan kasus Jiwasraya. Tidak boleh ada fitnah," paparnya pada Minggu (29/12)

Kasus Jiwasraya yang telah berlarut menjadikan penuntasan kasus ini membutuhkan sinergi dari beberapa pihak. Didi dalam paparannya mengatakan selain Pansus, kolaborasi kerja antara Kejaksaan Agung, Polri dan KPK akan dibutuhkan.

Anggota fraksi partai Demokrat itu menyatakan tidak ingin ada pihak yang saling menyalahkan sebab kerugian yang dialami Jiwasraya sudah terjadi sejak tahun 2006.

Senada, Deddy anggota fraksi partai PDIP mengungkapkan bahwa puncak kasus Jiwasraya ini disebabkan oleh produk JS Saving Plan yang dimulai sejak 2013 dan jatuh tempo pada 2018.

"JS Saving Plan diluncurkan, tiap tahun boleh dapat keuntungan, 2018 jatuh tempo paling besar, ibarat bisul pecahnya 2018. Ini Pansus agar segera dibentuk, tidak boleh ada dugaan yang tidak baik karena kalau saling menyalahkan, 2018 itu puncaknya," katanya. (JW)



 
Berita Lainnya :
  • PDIP Dongkol Kasus Jiwasraya Dikaitkan dengan Pilpres 2019
  •  
    Komentar Anda :

     
    + Indeks Berita +
    01 Menjelajah Dunia Migas di Dumai Expo 2024: Edukasi dan Kontribusi untuk Masa Depan
    02 Pj Gubri Ikuti Peringatan Hari Otonomi Daerah XXVIII Tahun 2024 di Surabaya
    03 Tim U-23 Indonesia Optimistis Redam Korea Selatan
    04 Indosat Ooredoo Hutchison Catat Lonjakan Trafik Data Sebesar 17% Sepanjang Hari Raya Idulfitri
    05 Siswa SMAN 8 Pekanbaru Banyak Lulus SNBP di Perguruan Tinggi Ternama
    06 Masih Ada Hujan di Riau
    07 Dekati Batas Waktu Pelaporan SPT Tahunan Badan, Kanwil DJP Riau Kumpulkan Asosiasi se-Riau
    08 Pj Gubri Siap Jalankan Arahan Wapres Terkait Penanggulangan Bencana
    09 Pemprov Riau Gesah Persiapan Tari Massal untuk Event BBI-BBWI dan Lancang Kuning Carnival
    10 Presiden Tegaskan Pemerintah Hormati Putusan MK Soal Pilpres yang Final dan Mengikat
    11 Masih Ada Hujan, Waspada Petir Dan Angin Kencang
    12 OJK Riau Gelar Coaching Clinic Aplikasi Portal Perlindungan Konsumen (APPK) Bagi 38 PUJK di Riau
    13 Harga Bahan Kebutuhan Pokok di Pekanbaru Stabil Pasca Idul Fitri
    14 Pemprov Riau Sediakan 150 Stand UMKM Gratis di Gernas BBI dan BBWI, Begini Cara Daftarnya
    15 Israel Bersiap Giring Warga Palestina dari Rafah usai Tertunda
    16 Maret 2024, Impor Beras dan Gandum Melonjak
    17 Pj Gubri Akan Sentuh Infrastruktur Sampai ke 12 Kabupaten/Kota
    18 Disebutkan Media Korea, Shin Tae Yong Senjata Paling Berbahaya Indonesia
    19 Pj Gubri SF Hariyanto Minta BRS BPS Jadi Acuan Pengambilan Kebijakan Ekonomi
    20 Kepala Puskesmas Diingatkan Serius Jalankan Program Doctor On Call
    21 Hujan Sepanjang Hari, Waspada Petir Dan Angin Kencang
    22 Wujudkan Misi Untuk Kesejahteraan Umat, BRK Syariah Buka Sentra UMKM di Kantor Arifin Ahmad
     
     
    Galeri Foto | Advertorial | Indeks Berita
    Redaksi | Disclaimer | Pedoman Media Siber | Tentang Kami | Info Iklan
    © Buletin Satu - News information About Riau